Pramoedya.id: Isu penularan HIV/AIDS di Kota Bandar Lampung masih menjadi ancaman serius. Dinas Kesehatan (Dinkes) mengungkapkan bahwa sejak tahun 2003 hingga 2025, tercatat hampir 4.300 orang terinfeksi HIV di kota ini.

Kabid P2PM Dinkes Kota Bandar Lampung, Liskha Sari Sandiaty, menyebut kasus ini sebagai fenomena gunung es, di mana jumlah kasus yang belum terdeteksi jauh lebih banyak daripada yang terlihat di permukaan.
Liskha menegaskan bahwa HIV bukan lagi sekadar masalah kesehatan. Isu ini merupakan persoalan sosial yang sangat kompleks dan seringkali dipicu oleh delapan indikator berbeda.
“Jika terkena HIV tapi tidak dilakukan penanganan kesehatan yang benar, maka HIV bisa menjadi AIDS di kemudian hari,” ujar Liskha, Rabu (12/11/2025).
Ia mengakui, pihaknya kerap kesulitan menjangkau komunitas penderita HIV (ODHIV) karena adanya stigma negatif di masyarakat. Stigma ini membuat ODHIV menutup diri, menghambat proses deteksi dan pengobatan.
“Kami susah sekali masuk ke teman-teman ODHIV (Orang Dengan HIV) karena mereka menutup diri akibat stigma bahwa yang terkena HIV adalah orang yang berdosa. Padahal, mereka butuh dukungan, bukan penilaian,” tegasnya.
Liskha mengajak masyarakat untuk aware dan memeriksakan diri sedini mungkin. Penanggulangan HIV, menurutnya, tidak hanya dilakukan di tempat prostitusi, namun justru paling banyak ditemukan di ruang umum, termasuk lingkungan pendidikan. (*)







