Prabowo Hapus Kuota Impor, Gebrakan atau Ancaman?

- Editor

Sabtu, 19 April 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi

Ilustrasi

Pramoedya.id: Baru beberapa bulan menjabat sebagai Presiden, Prabowo Subianto sudah melontarkan wacana besar: menghapus sistem kuota impor.

Alasannya untuk membasmi rente alias keuntungan besar yang selama ini dinikmati oleh segelintir orang karena kedekatannya dengan kekuasaan, bukan karena kerja atau kemampuan bersaing.

Wacana ini terdengar seperti angin segar. Sudah lama publik muak dengan permainan izin impor yang sering kali jadi lahan basah bagi oknum tertentu.

Kita tentu masih ingat kasus suap kuota impor daging sapi yang menyeret Presiden PKS kala itu, Luthfi Hasan Ishaaq, ke penjara. Tapi pertanyaannya: apakah dengan menghapus kuota, persoalan selesai?

Sayangnya, masalahnya tidak sesederhana itu.

Sistem kuota memang membuka celah bagi permainan rente. Tapi jika kuota dicabut begitu saja tanpa sistem pengganti, pasar bisa menjadi bebas sebebas-bebasnya, dan itu justru bisa membawa masalah baru. Terutama bagi petani dan pelaku usaha lokal.

Lihat saja contoh bawang putih. Menurut data Badan Pusat Statistik hingga Oktober 2024, Indonesia sudah mengimpor sekitar 402 ribu ton bawang putih. Sementara itu, produksi dalam negeri pada tahun yang sama diperkirakan hanya sekitar 22 ribu ton. Artinya, lebih dari 90 persen kebutuhan nasional masih bergantung pada impor. Kalau kuota dicabut, bawang dari luar bisa masuk tanpa batas. Harganya lebih murah, dan petani lokal tak akan sanggup bersaing. Lama-lama bisa gulung tikar.

Risiko serupa juga mengintai industri lain, seperti tekstil. Asosiasi Pertekstilan Indonesia bahkan memprediksi 70 persen pelaku industri bisa memilih berhenti produksi dan beralih menjadi pedagang barang impor.

Lebih untung menjual produk luar negeri ketimbang bertahan dengan biaya produksi yang tinggi dan daya beli masyarakat yang lemah. Kalau ini terjadi, jutaan buruh terancam kehilangan pekerjaan.

Pemerintah memang bilang tetap ingin melindungi produksi dalam negeri. Tapi tanpa kebijakan pendukung seperti subsidi, pengendalian harga, dan regulasi impor yang adil, pernyataan itu bisa jadi hanya basa-basi.

Apalagi, sama-sama kita tahu, dalam pasar yang benar-benar bebas, yang menang adalah mereka yang punya modal besar dan jaringan kuat, bukan petani kecil atau pelaku industri lokal yang terseok-seok.

Yang membuat wacana ini terasa janggal itu lantaran datang dari Presiden yang selama kampanye berulang kali menyerukan swasembada dan kemandirian ekonomi. Prabowo ingin Indonesia berdiri di atas kaki sendiri. Tapi yang akan diambil justru berpotensi melemahkan fondasi kemandirian itu.

Kalau benar ingin membasmi mafia impor, caranya bukan dengan menghapus kuota secara total. Yang perlu dilakukan adalah memperbaiki sistem: buat proses izin impor lebih transparan, awasi distribusinya dengan ketat, dan pastikan jatah impor tidak hanya dinikmati oleh mereka yang punya “jalur dalam”.

Jika tidak hati-hati, kebijakan ini bisa berubah arah. Dari niat awal membasmi rente, malah membuka pintu lebar bagi para pemain besar untuk menguasai pasar tanpa kendali. Bukan mafia yang tumbang, tapi petani dan buruh kecil yang justru jadi korban. (*)

Berita Terkait

Pensiun Dini Demi Jabatan: Etika Militer dalam Cengkeraman Politik Sipil
Tata Ruang di Kavling Bos: Cerita Bangunan Haram Sultan Agung
Fitrianita Damhuri Dipaksa “Menelantarkan” Disaat Hari Nasional Anak
Perselingkuhan Pemda Lamteng: Janji Pahit di Tengah Kebun Tebu
Silat Lampung di Ambang Senja, Kala Warisan Lokal Tercekik di Tanah Sendiri
Dari Kacamata Ferry Irwandi: Kasus Tom Lembong dan Absennya Niat Jahat
Ketika Indonesia Bikin Versi Nyata Novel 1984
Bernapas pun Salah: Dosa Laki-laki di Mata Narasi (Bukan Tulisan untuk Perempuan)

Berita Terkait

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:18 WIB

Pensiun Dini Demi Jabatan: Etika Militer dalam Cengkeraman Politik Sipil

Jumat, 25 Juli 2025 - 19:34 WIB

Tata Ruang di Kavling Bos: Cerita Bangunan Haram Sultan Agung

Kamis, 24 Juli 2025 - 22:22 WIB

Fitrianita Damhuri Dipaksa “Menelantarkan” Disaat Hari Nasional Anak

Rabu, 23 Juli 2025 - 11:26 WIB

Perselingkuhan Pemda Lamteng: Janji Pahit di Tengah Kebun Tebu

Sabtu, 19 Juli 2025 - 19:21 WIB

Silat Lampung di Ambang Senja, Kala Warisan Lokal Tercekik di Tanah Sendiri

Berita Terbaru

Bandarlampung

Eva Dwiana Lantik 266 PPPK Pemkot Bandar Lampung

Senin, 28 Jul 2025 - 20:24 WIB

Lampung

Pemkot Pecahkan Rekor MURI Sekubal Terpanjang dan Terbesar

Minggu, 27 Jul 2025 - 21:30 WIB

Wagub Lampung, Jihan Nurlela.

Lampung

Pemutihan Pajak Kendaraan Diperpanjang Hingga Oktober

Minggu, 27 Jul 2025 - 21:24 WIB