Jolly Roger Dunia One Piece dan Politik Baper Dasco

- Editor

Jumat, 1 Agustus 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

“Simbol itu hanya selembar kain, sampai seseorang memberi makna di baliknya.” — Eiichiro Oda

Pramoedya.id: Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, tampaknya perlu menambah daftar tontonan di kala senggang. Soalnya, begitu melihat bendera tengkorak bertopi jerami berkibar menjelang 17 Agustus, politisi Gerindra tersebut langsung menyebutnya sebagai “gerakan sistematis yang memecah belah bangsa”.

Pak Dasco, itu bukan lambang makar. Itu Jolly Roger-nya Monkey D. Luffy, tokoh utama anime One Piece yang justru jadi simbol perlawanan terhadap pemerintahan yang dzalim.

Bendera itu tidak sedang menyerukan makar. Mungkin cuma pesan, Bapak dan kolega barangkali sudah lama lupakan:
kalau negara makin semena-mena, rakyat akan mencari cara sendiri untuk merdeka.

Dunia One Piece: Belajar Politik dari Bajak Laut

Di dunia One Piece, ada dua kutub utama: Pemerintah Dunia yang otoriter, korup, suka menutup-nutupi/menghapus sejarah dan menyiksa rakyat demi “stabilitas”.

Bajak laut idealis yang justru menolong orang kecil dan melawan ketidakadilan. Luffy dan kru Topi Jerami tidak pernah merampok bank atau membakar fasilitas umum. Tapi mereka menggulingkan raja lalim, membebaskan budak, dan menolak tunduk pada kekuasaan yang tidak adil. Dalam banyak hal, mereka lebih layak disebut negarawan ketimbang sebagian anggota parlemen dunia nyata.

Jadi, ketika rakyat Indonesia mengibarkan bendera Topi Jerami jelang 17 Agustus, itu bukan karena ingin mengganti sistem. Mereka cuma bilang: “Kami bosan jadi penonton dalam drama kemerdekaan. Kami ingin ikut menulis naskahnya.”

Pas banget kan, kan negara ini memang mau nulis ulang sejarah, eh.

Bukan Simbol Perpecahan, Tapi Sindiran Politik

Lucunya, reaksi elite malah lebay. Seolah-olah bendera anime bisa mengguncang NKRI yang katanya kokoh dengan pilar-pilarnya. Padahal yang dikritik bukan negara, tapi bagaimana negara ini dijalankan.

Bendera Luffy itu cara anak-anak muda menertawakan kesewenang-wenangan. Kalau pejabat langsung baper, mungkin karena mereka melihat bayangan diri sendiri dalam tokoh-tokoh jahat di One Piece: Tenryuubito yang arogan, korup, dan hidup di menara gading. Mungkin ya.

Dan jangan salah, Pak, Luffy nggak pernah ingin jadi pemimpin. Ia hanya ingin hidup bebas dan adil bersama teman-temannya. Kalau generasi hari ini memilih dia sebagai simbol, itu karena mereka sudah tak lagi percaya pada simbol-simbol resmi yang kehilangan makna.

Kritik Itu Bukan Kudeta

Setiap bendera punya narasi. Merah Putih lahir dari darah dan perjuangan. Tapi Jolly Roger Topi Jerami lahir dari semangat untuk membebaskan yang tertindas. Yang satu sakral, yang satu simbolik. Tapi keduanya bisa berdampingan, kalau pemimpinnya paham: kemerdekaan tak bisa dipaksakan lewat seremoni, tapi dirawat lewat keadilan.

Kalau simbol anime saja bikin elite panik, mungkin masalahnya bukan di simbol, tapi di kenyataan yang coba disembunyikan.

Dan sejujurnya, Pak, dari One Piece kita bisa belajar: Negara itu bukan soal kuasa, tapi soal keberanian membela yang lemah.

Kritik bukan ancaman, tapi arah. Dan pemimpin sejati itu tidak mudah tersinggung, apalagi cuma karena bendera anime.

Spoiler Dikit

Jadi, Pak Dasco, daripada curiga sana-sini, coba deh nonton One Piece. Cicil dikit-dikit. Karena episodenya sudah 1000 lebih.

Nanti ketemu, arc Dressrosa. Di situ ada raja licik, boneka politik, rakyat yang dicuci otaknya, dan seorang bajak laut yang akhirnya menggulingkan semuanya.

Siapa tahu setelah itu Bapak paham:
rakyat ingin ada seseorang yang mau dan bisa membelah arogansi kekuasaan.(*)

Berita Terkait

Miskin Nalar DPR: Label “Cuma” untuk Donasi Sumatra
Dari Purwokerto ke Era UMi: Sejarah BRI dan Perjalanan Ekonomi Rakyat
Memuliakan Guru adalah Investasi Jangka Panjang
Redenominasi: Cara Elegan Menjerat Koruptor Tanpa Drama
Nol APBD, Bukan Nol Biaya: Beban Senyap Lampung Fest 2025
Dengan Memaafkan Pembuat Meme, Bahlil Itu Visioner
Polisi Tangkap Bjorka di Dunia Tanpa Alamat?
RMD: Lampung Pride Bro

Berita Terkait

Selasa, 9 Desember 2025 - 16:33 WIB

Miskin Nalar DPR: Label “Cuma” untuk Donasi Sumatra

Minggu, 30 November 2025 - 20:46 WIB

Dari Purwokerto ke Era UMi: Sejarah BRI dan Perjalanan Ekonomi Rakyat

Selasa, 25 November 2025 - 20:02 WIB

Memuliakan Guru adalah Investasi Jangka Panjang

Minggu, 9 November 2025 - 21:17 WIB

Redenominasi: Cara Elegan Menjerat Koruptor Tanpa Drama

Jumat, 31 Oktober 2025 - 11:14 WIB

Nol APBD, Bukan Nol Biaya: Beban Senyap Lampung Fest 2025

Berita Terbaru

Lampung

Jembatan Way Kali Nurik Ambruk, BMBK Lampung Gercep Tangani

Kamis, 11 Des 2025 - 18:50 WIB

Lampung

BMBK Lampung Catat 52 Ruas Jalan Rampung Diperbaiki

Kamis, 11 Des 2025 - 18:48 WIB