Pramoedya.id: Kolaborasi riset antara Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung dan Tomsk State University (TSU) Rusia berbuah manis.
Keduanya berhasil memperoleh hibah dari Kementerian Sains dan Pendidikan Tinggi Federasi Rusia untuk mengembangkan material polimer antimikroba.
Proyek ini akan melibatkan para peneliti dari kedua universitas untuk menciptakan material polimer baru. Material ini akan dimodifikasi dengan nanopartikel dua komponen yang memiliki aktivitas fotokimia tinggi, lalu diuji efektivitasnya di iklim tropis. Material ini sangat berpotensi digunakan dalam dunia kedokteran, industri makanan, dan sektor lain yang membutuhkan pengendalian pertumbuhan mikroorganisme.
Pengembangan material komposit antimikroba berbahan dasar selulosa dan polipropilena akan dilakukan di laboratorium gabungan UIN RIL–TSU pada tahun ini.
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN RIL, Andi Thahir, menyambut baik kabar ini. Ia menyebut efisiensi anggaran tidak boleh menjadi penghalang bagi perguruan tinggi untuk menjalankan tri dharma, termasuk penelitian.
“Kolaborasi seperti ini sangat membantu pencapaian target riset yang sudah ditetapkan,” ujarnya melalui pernyataan persnya, Sabtu (16/8/2025).
Ia menambahkan, tahun 2025 menjadi pencapaian ketiga UIN RIL, yaitu rekognisi internasional.
“Riset kolaboratif di luar ASEAN seperti ini sangat mendukung target internasionalisasi UIN RIL,” katanya.
Hibah ini diberikan kepada organisasi dan universitas Rusia yang menggarap proyek bersama mitra dari negara-negara ASEAN, CIS, dan lainnya.
TSU berhasil masuk dalam lima besar universitas Rusia dengan proyek kolaborasi bersama negara ASEAN.
Riset ini melibatkan tim peneliti dari Laboratorium Material Energi Tinggi dan Khusus serta Laboratorium Nanoteknologi Metalurgi TSU. Ketua tim riset ini adalah Alexander Vorozhtsov, Kepala Laboratorium Material Energi Tinggi.
Menurut Olga Bakina, peneliti senior di Laboratorium Nanoteknologi Metalurgi TSU, material polimer yang dimodifikasi nanopartikel ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Mulai dari perban medis untuk pengobatan luka, luka bakar, hingga ulkus diabetik yang resisten antibiotik.
Material ini juga bisa diaplikasikan pada masker, pakaian tenaga medis, kemasan pangan, hingga lapisan pelindung di fasilitas umum seperti pegangan transportasi publik atau gagang pintu.
Bakina menambahkan, tantangan mengobati luka kronis dan memperpanjang masa simpan pangan sangat relevan di Asia Tenggara karena iklim tropis membuat mikroorganisme berkembang biak sangat cepat.
Keterlibatan peneliti Indonesia akan memungkinkan pengujian material baru ini di kondisi tropis.
Wakil Rektor Bidang Kerja Sama Internasional TSU, Artyom Rykun, menjelaskan bahwa nanopartikel antimikroba yang sudah dipatenkan TSU ini akan diuji bersama mitra di kondisi tropis. Pengujian akan dilakukan di perairan Pelabuhan Lampung dan bangunan fasilitas medis.
“Jika terbukti efektif di tropis, teknologi ini berpotensi menjadi produk kompetitif untuk melindungi kapal, struktur bawah laut pelabuhan, dan bangunan dari jamur serta mikroorganisme,” kata Rykun.
Kolaborasi ini merupakan tindak lanjut dari Memorandum of Understanding (MoU) dan Memorandum of Agreement (MoA) yang telah ditandatangani kedua belah pihak.
MoA yang diteken pada April 2025 memuat komitmen pembentukan laboratorium riset bersama dengan fokus pada “The Study of New Materials in Tropical Conditions”. Dokumen tersebut ditandatangani oleh Rektor UIN RIL, Wan Jamaluddin Z., dan Alexander Vorozhtsov dari TSU.
Sebelumnya, Rektor Wan Jamaluddin telah melakukan kunjungan resmi ke TSU pada 7–8 Oktober 2024 untuk membahas penguatan kerja sama. Proyek ini ditargetkan rampung pada akhir 2025 dan diharapkan dapat memperkuat kiprah UIN Raden Intan Lampung di kancah riset global. (Rilis/*)







