Pramoedya.id: Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung melalui Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) berkolaborasi dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama RI memperkenalkan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC). Sosialisasi ini berlangsung di Gedung Pusiban, Kotabumi Selatan, Lampung Utara, Selasa (9/9/2025), dan diikuti 250 guru madrasah serta pondok pesantren.
Direktur KSKK Madrasah Ditjen Pendis, Prof. Dr. Hj. Nyayu Khodijah, menjelaskan bahwa KBC lahir dari kegelisahan Menteri Agama terhadap dua problem besar bangsa: krisis kemanusiaan dan kerusakan lingkungan.
“KBC ini genuine dari Menag sebagai harapan bagi generasi muda, khususnya siswa madrasah. Harapannya, pada 2045 mereka bisa menjadi pemimpin masa depan yang tidak hanya cerdas intelektual, tetapi juga cerdas sosial dan emosional,” ujar Prof. Nyayu melalui pernyataan persnya, Kamis (11/9/2025).
Ia menekankan, banyak konflik, diskriminasi, hingga kasus perundungan yang bahkan terjadi di madrasah. Sementara di sisi lain, kerusakan lingkungan yang kian parah juga berakar dari hilangnya rasa cinta dan empati manusia terhadap alam.
“Inti ajaran agama adalah cinta. Tanpa cinta, manusia kehilangan arah, bahkan pada sesama dan lingkungannya,” tegasnya.
Prof. Nyayu memaparkan lima pilar KBC yang disebut Panca Cinta: cinta kepada Allah dan Rasul, cinta ilmu pengetahuan, cinta lingkungan, cinta diri dan sesama, serta cinta tanah air. Nilai-nilai ini, menurutnya, perlu dihidupkan kembali agar pendidikan agama tidak sekadar bersifat indoktrinasi, tetapi membentuk karakter religius yang utuh.
Ia juga menyoroti lima dimensi religiusitas keimanan, pengetahuan, penghayatan, peribadatan, dan pengamalan yang seharusnya menjadi tolok ukur keberagamaan seseorang.
“Sayangnya, guru agama selama ini cenderung hanya menyentuh tiga dimensi. Padahal penghayatan adalah yang paling penting,” katanya.
Keberhasilan KBC, lanjutnya, bukan hanya ditentukan guru agama, melainkan seluruh ekosistem madrasah. Kepala sekolah, guru mata pelajaran lain, bahkan tenaga kebersihan pun memiliki peran dalam menciptakan atmosfer cinta di sekolah. Indikator keberhasilan KBC bukan pada angka rapor, melainkan hadirnya madrasah ramah lingkungan, ramah anak, dan mampu menyejahterakan siswa secara mental maupun spiritual.
Sementara itu, Wakil Rektor III UIN Raden Intan Lampung, Prof. Dr. Idrus Ruslan, M.Ag., menyambut baik gagasan ini. Menurutnya, KBC menjadi jalan penting untuk menyiapkan generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga memiliki empati lintas budaya, etnis, dan agama.
“Keberagaman adalah anugerah Tuhan yang harus dirawat dengan cinta. Dengan KBC, kita berharap lahir generasi yang cerdas sekaligus peduli,” tutup Idrus. (Rilis/*)