Psikologi Pendidikan Islam dalam Menangani Anxiety dan Fear of Missing Out (FOMO) pada Generasi Z

- Editor

Minggu, 5 Januari 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sholeh Hasan, M.Pd.I (Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam di Universitas Nurul Huda)

Sholeh Hasan, M.Pd.I (Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam di Universitas Nurul Huda)

Ditulis Oleh: Sholeh Hasan, M.Pd.I (Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam di Universitas Nurul Huda)

Pramoedya.id: Generasi Z, yang lahir dan tumbuh dalam naungan gawai dan internet, menghadapi sebuah paradoks. Di satu sisi, mereka memiliki akses informasi dan keterhubungan yang tak terbatas. Di sisi lain, mereka justru rentan terhadap kecemasan eksistensial (anxiety) dan Fear of Missing Out (FOMO)—perasaan cemas karena takut ketinggalan tren atau pengalaman yang dijalani orang lain. Scroll tanpa henti di media sosial seringkali berujung pada perbandingan sosial yang tidak sehat, merasa tidak cukup, dan akhirnya menggerogoti ketenangan jiwa.

Dalam konteks inilah, pendekatan keagamaan yang konvensional seringkali tidak lagi cukup. Di sinilah Psikologi Pendidikan Islam hadir sebagai jembatan yang sangat relevan. Ilmu ini tidak sekadar mengajarkan hukum halal dan haram, tetapi memahami proses mental dan emosional generasi digital untuk membangun ketahanan spiritual (spiritual resilience) dari dalam.

Psikologi Pendidikan Islam menawarkan seperangkat alat yang kokoh. Konsep qana’ah (merasa cukup) dan syukur adalah tameng psikologis paling ampuh melawan FOMO yang mendorong konsumsi tanpa henti. Ajaran ini bukan berarti pasif, tetapi aktif mensyukuri dan menikmati setiap proses yang telah dijalani, alih-alih terus-menerus membandingkan diri dengan sorotan kehidupan orang lain di dunia maya.

Selanjutnya, praktik muhasabah atau introspeksi diri yang teratur dapat menjadi bentuk mindfulness ala Islam. Di tengah hiruk-pikuk notifikasi, meluangkan waktu sejenak untuk merenung, mengevaluasi niat, dan menyadari kehadiran Tuhan (taqwa) dapat menurunkan tingkat kecemasan (anxiety) secara signifikan. Ini adalah mekanisme grounding yang powerful untuk mengembalikan kesadaran dari dunia virtual ke realita.

Lalu, konsep tawakal setelah berikhtiar memberikan ketenangan batin bahwa hasil akhir bukanlah sepenuhnya di tangan mereka. Ini meredakan kecemasan akan masa depan dan ketakutan akan kegagalan yang sering membayangi generasi Z. Mereka didorong untuk fokus pada proses yang dapat dikontrol, bukan pada outcome yang seringkali di luar jangkauan.

Tugas kita bersama—orang tua, pendidik, dan para pemangku kebijakan—adalah mengintegrasikan nilai-nilai psikologis-spiritual ini ke dalam metode pendidikan yang modern dan mudah dicerna. Konten keagamaan di platform digital perlu dikemas dengan kreatif, membahas isu-isu kekinian seperti FOMO dan anxiety dengan bahasa yang empatik dan solutif.

Era digital adalah keniscayaan. Namun, dampak psikologisnya bukanlah takdir. Dengan memperkuat fondasi spiritual melalui pendekatan Psikologi Pendidikan Islam yang progresif, kita dapat membekali generasi Z bukan hanya dengan akhlak mulia, tetapi juga dengan ketangguhan mental untuk navigasi gelombang digital dengan jiwa yang tenang dan penuh makna. (*)

Berita Terkait

Republik di Atas Meja Negosiasi: Siapa Menjual, Siapa Membeli Keadilan?
Mengapa Kita Perlu ‘Gaya’ Kang Dedy?
Robusta, Kafein, dan Revolusi Senyap di Lampung
Wasiat Soemitro dan Silat Gelap Zaman  
Menggugat Taji Progresif Kejati Lampung
Rahmah El Yunusiyyah Sang Perobek Tradisi Al-Azhar dari Padang Panjang
Cahaya dari Kamboja
PKC PMII Lampung “Serampangan”, PB Wajib Karateker

Berita Terkait

Rabu, 10 Desember 2025 - 20:41 WIB

Republik di Atas Meja Negosiasi: Siapa Menjual, Siapa Membeli Keadilan?

Kamis, 4 Desember 2025 - 22:14 WIB

Mengapa Kita Perlu ‘Gaya’ Kang Dedy?

Selasa, 25 November 2025 - 19:39 WIB

Robusta, Kafein, dan Revolusi Senyap di Lampung

Senin, 17 November 2025 - 09:04 WIB

Wasiat Soemitro dan Silat Gelap Zaman  

Kamis, 13 November 2025 - 19:20 WIB

Menggugat Taji Progresif Kejati Lampung

Berita Terbaru

Lampung

Jembatan Way Kali Nurik Ambruk, BMBK Lampung Gercep Tangani

Kamis, 11 Des 2025 - 18:50 WIB

Lampung

BMBK Lampung Catat 52 Ruas Jalan Rampung Diperbaiki

Kamis, 11 Des 2025 - 18:48 WIB