Pramoedya.id: Keluarga besar Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung (RIL) memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 Hijriah dengan menggelar istighosah dan dzikir kebangsaan di Masjid Safinatul Ulum, Kamis malam (4/9).
Acara ini berlangsung khidmat dengan dihadiri civitas akademika mulai dari dosen, tenaga kependidikan, tenaga kebersihan, keamanan, ratusan mahasantri, hingga perwakilan organisasi kemahasiswaan.
Rektor UIN RIL, Wan Jamaluddin, menyampaikan bahwa kegiatan ini tidak hanya sebagai peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, tetapi juga menjadi momentum untuk memperkuat persatuan dan mendoakan tanah air.
“Kecintaan pada bangsa dan negara tidak boleh terkalahkan oleh ego sektoral atau kepentingan golongan yang bisa memecah belah persatuan. Inilah pesan kebangsaan dari kegiatan ini,” tegasnya melalui pernyataan persnya, Jumat (5/9/2025).
Acara diawali dengan salat Maghrib berjamaah. Kemudian, istighosah dipimpin oleh Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK), Abdul Syukur. Salat Maghrib dan Isya berjamaah, serta salat ghaib dipimpin oleh Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama (FUSA), Ahmad Isnaeni.
Salat ghaib khusus didedikasikan untuk mendoakan 11 korban meninggal dalam insiden yang terjadi baru-baru ini, sebagai bentuk duka cita mendalam dari seluruh keluarga besar UIN RIL.
“Ini bentuk doa bersama, sebagai wujud empati kita terhadap saudara-saudara yang menjadi korban,” ujar Ahmad Isnaeni.
Acara semakin hidup dengan penampilan hadroh dari mahasantri Ma’had al-Jami’ah, pembacaan marhaban, dan shalawat.
Puncak acara diisi dengan Mauidzah Hasanah (ceramah) oleh Dekan Fakultas Adab, Ahmad Bukhari Muslim. Dalam ceramahnya, ia menekankan bahwa Maulid adalah momentum untuk menguatkan kembali cinta kepada Rasulullah SAW.
“Setiap kali kita memperingati Maulid, sejatinya kita kembali mengenal beliau. Nabi bersabda, ‘seseorang akan dikumpulkan bersama yang dicintainya kelak di akhirat’. Maka, bila kita benar-benar mencintai Nabi, insyaallah kita akan disatukan bersama beliau di surga,” jelasnya.
Menurutnya, ada tiga tanda manisnya iman, yaitu menjadikan Allah dan Rasul sebagai kecintaan tertinggi, beriman dengan akhlak mulia, dan menjaga diri dari perbuatan kufur serta munkar.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.
“Ini tujuan kita hidup, bagaimana menjadi manusia berakhlak mulia. Itulah teladan Rasulullah SAW,” pungkasnya. (*)