Ditulis oleh: Syahrul Ramadani, Ketua PMII Rayon Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Pramoedya.id: PMII Rayon Dakwah dan Ilmu Komunikasi Komisariat UIN Raden Intan Lampung dengan tegas mendesak Pengurus Besar (PB) PMII untuk segera melakukan karateker terhadap PC PMII Kota Bandar Lampung.
Desakan ini kami sampaikan karena hingga hari ini tidak ada kejelasan kepemimpinan pasca Konferensi Cabang PMII Bandar Lampung yang digelar pada 23 Agustus 2025.
Sudah lebih dari satu bulan berlalu, namun konflik pasca-konfercab tak kunjung diselesaikan secara organisatoris. Yang terjadi justru perebutan klaim kemenangan yang memperlihatkan wajah kepemimpinan yang sangat tidak layak.
Sejak konferensi cabang usai, dua pihak yang sama-sama mengaku sebagai ketua hanya sibuk mempertahankan klaimnya masing-masing. Tidak ada langkah penyelesaian, tidak ada komunikasi struktural, tidak ada tanggung jawab moral terhadap kader di bawah.
PMII Cabang Bandar Lampung hari ini mengalami kekosongan kepemimpinan yang nyata, di saat kader di rayon dan komisariat sedang giat-giatnya menjalankan bulan-bulan kaderisasi.
Kami menilai dengan tegas, kedua pihak ini tidak layak menjadi sosok ketua cabang. Mereka tidak memiliki tanggung jawab moral maupun kapasitas organisatoris untuk memimpin PMII Bandar Lampung.
Alih-alih menyelesaikan konflik, keduanya justru sibuk menjaga gengsi dan membangun legitimasi semu.
Inilah potret kedua calon PMII cabang bandar Lampung pengecut secara moral dan organisatoris yang sedang dipertontonkan kepada seluruh kader di Bandar Lampung.
Kami PMII Rayon dakwah dan ilmu komunikasi menilai
“Mereka bukan pemimpin, tapi pengecut yang bersembunyi di balik klaim jabatan. Kami tidak sudi dipimpin oleh pemimpin-pemimpin pengecut yang kehilangan keberanian moral.”
Kepemimpinan yang sejati lahir dari tanggung jawab, bukan dari pertarungan klaim.Pemimpin yang benar hadir untuk menyelesaikan masalah, bukan menjadi sumber masalah baru.
Sayangnya, dua kubu yang saling berebut ini tidak memiliki kedewasaan kader dan keberanian moral untuk menegakkan marwah PMII. Kami tidak melihat keseriusan dua calon ini dalam mengurus organisasi, tidak ada arah yang jelas, dan tidak ada itikad baik untuk menyatukan PMII di Bandar Lampung.
Bulan-bulan kaderisasi yang seharusnya menjadi momentum penguatan ideologi dan pengkaderan justru terhenti.Kader di bawah dibiarkan berjalan tanpa arah, tanpa koordinasi, tanpa pembinaan.
Ini adalah bentuk pengkhianatan terhadap tanggung jawab organisatoris yang seharusnya diemban oleh sosok calon pemimpin PMII Bandar Lampung.
Atas dasar itu, kami mendesak PB PMII untuk segera turun tangan dan membentuk karateker PC PMII Bandar Lampung. Langkah ini harus diambil untuk menyelamatkan organisasi dari kebuntuan dan memastikan kaderisasi tidak mati di tengah konflik personal para elit cabang.
Kami, PMII Rayon Dakwah dan Ilmu Komunikasi, berdiri tegak menolak tunduk pada kepemimpinan yang pengecut dan tidak layak. Kami menolak dipimpin oleh orang-orang yang menjual nama pergerakan demi gengsi pribadi.
PMII harus kembali pada nilai perjuangan, keberanian moral, dan semangat kaderisasi.
“Lebih baik kami berdiri tanpa pemimpin daripada tunduk pada pemimpin yang tidak layak”. (*)