Pramoedya.id: Siapa yang nyana, para juru ukur dan pemancang tiang jembatan di Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi (BMBK) Provinsi Lampung memiliki keahlian yang jauh melampaui urusan aspal dan beton jalan.
Dalam hiruk pikuk membangun dan merawat urat nadi darat Lampung, mereka diam-diam telah menorehkan prestasi gemilang di medan tempur yang sama sekali berbeda: dunia arsitektur modern.
Kejutan itu datang ketika BMBK Lampung ketika tampil sebagai juara pertama dalam Kompetisi Tenaga Kerja Konstruksi Se-Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) yang diadakan Balai Jasa Konstruksi Wilayah II Palembang di Universitas IBA Palembang.
Bukan di kategori perbaikan jalan, melainkan dalam kategori Building Information Modeling (BIM), sebuah metode perancangan yang dominan digunakan untuk pembangunan gedung dan rumah.
“BIM itu sebenarnya tidak ada sangkut pautnya dengan jembatan dan jalan. Konstruksi lebih dominan di pembangunan gedung maupun rumah,” jelas Rhaditya Haureza, yang mewakili Bina Konstruksi (Binkon) Dinas BMBK Lampung, menyadari kontradiksi yang menggelitik itu, Jumat (21/11/2025).
Ironisnya, bagi BMBK Lampung, kemenangan ini bukanlah sebuah kebetulan pemula.
“Alhamdulillahnya, Dinas BMBK Provinsi Lampung memang sudah terkenal ketika mengikuti lomba bergengsi BIM,” sambung Reza.
Reputasi itu nyata. Ini sudah kali kedua BMBK Lampung berturut-turut menjuarai kompetisi bergengsi tersebut di tingkat regional. Bahkan, di tingkat nasional, mereka juga menyabet juara kedua pada tahun sebelumnya.
“Kalau di BIM, Lampung memang terkenal. Tahun kemarin kita juara satu juga, sedangkan secara Nasional tahun kemarin kita juara. Keren bukan Lampung,” kata Reza dengan senyum bangga yang sulit disembunyikan.
Rahasia di balik keahlian ganda ini terletak pada kesadaran pentingnya investasi pada sumber daya manusia. Dalam tiap perlombaan, BMBK Lampung melibatkan akademisi.
Mereka menjalin kemitraan erat dengan Institut Teknologi Sumatera (Itera).
“Jadi memang kita bersama dengan mahasiswa dan dosen di Itera,” tambah Reza.
Kolaborasi ini menunjukkan visi bahwa kualitas pembangunan tidak hanya ditentukan oleh anggaran, tetapi oleh kecerdasan perencana.
Reza menekankan bahwa peran dan fungsi Binkon di dinasnya tidak hanya soal proyek fisik semata, tetapi juga pengembangan kapabilitas tenaga kerja.
“Jadi di BMBK itu bukan cuma ada pembangunan saja. Kita juga memikirkan SDM, dari tukang, konsultan, dan lain-lain. Gak asal-asal,” tegasnya.
Menurut Reza, ketika kemampuan SDM sudah mumpuni, semua kualitas akan tercapai. Ia menutup pembicaraan dengan satu kalimat padat, menekankan fondasi sesungguhnya dari pembangunan.
“Yang terpenting itu otaknya. Pekerja Konstruksi harus cerdas, semuanya harus cerdas dan terverifikasi,” tutup Reza. (*)







