Ferry Irwandi: Bonus Demografi Bisa Jadi Bencana  

- Editor

Kamis, 25 September 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pramoedya.id: Sesi siang Economic Symposium dalam rangkaian FEBI Fest 2025 di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung (RIL) menghadirkan narasumber nasional, Ferry Irwandi. Sebagai pendiri Malaka Project, ia dikenal karena konten edukasi terkait ekonomi, politik, dan fenomena sosial lainnya.

Dalam paparannya di Ballroom UIN RIL, Selasa (23/9), Ferry menjelaskan bahwa ilmu ekonomi sejatinya adalah bagaimana manusia menjalani hidup. Menurutnya, banyak kekeliruan dalam memahami ilmu ekonomi. Ia pun menegaskan, para mahasiswa yang menekuni ilmu ini memiliki tanggung jawab besar terhadap jalannya ekonomi bangsa.

“Ekonomi itu tidak dipelajari semua orang, tapi dibicarakan semua orang. Karena itu, orang yang menekuni ilmu ekonomi punya tanggung jawab terhadap jalannya ekonomi, termasuk memberi masukan agar pemerintah mengambil kebijakan yang tepat,” katanya.

Menyoroti tema symposium, Ferry menjelaskan mengenai isu bonus demografi. Indonesia akan memasuki masa tersebut mulai 2030 dan mencapai puncaknya pada 2045, di mana usia produktif mendominasi populasi.

“Bonus demografi itu gift. Tapi produktif hanya bisa terjadi kalau ada yang bisa diproduksi. Kalau tidak, ini bisa jadi bencana demografi,” tegasnya.

Karena itu, ia menekankan perlunya ekosistem ekonomi yang terdidik, di mana mahasiswa tidak hanya berfokus pada teori tetapi juga mampu menghasilkan solusi konkret. Negara juga harus hadir menyediakan lapangan pekerjaan agar generasi produktif terserap dengan baik.

Sejalan dengan tema, Ferry juga menyinggung perkembangan teknologi digital, AI, dan pola komunikasi internet. Ia menyebut bahwa ruang baru ini menjadi tantangan besar, dan mahasiswa generasi Z adalah penghuni pertama dunia tersebut.

“Ini dunia baru. Generasi kalian yang akan hidup di dalamnya, berkompetisi bahkan dengan generasi berikutnya. Maka diperlukan inovasi, kolaborasi, dan kontribusi nyata,” katanya.

Sebagai penutup, Ferry menekankan pentingnya sikap berani dalam menghadapi risiko, namun bukan sekadar nekat.

“Keberanian itu lahir dari rasionalitas. Bedakan antara berani, nekat, dan bodoh. Berani itu hadir dari hitungan, dari angka, dari realitas yang rasional,” jelasnya.

Paparan Ferry menjadi salah satu bagian dari rangkaian FEBI Fest 2025 yang digelar dalam rangka memperingati satu dekade FEBI UIN Raden Intan Lampung. Acara ini berlangsung hingga 9 Oktober 2025, dengan berbagai kegiatan seperti bazar UMKM, lomba nasional, hingga pemilihan Duta FEBI. (Rilis/*)

 

Berita Terkait

Pemprov Lampung dan Kejati Bersinergi
DPR RI Dukung Fakultas Kedokteran UIN RIL, Anggaran KIP Kuliah Diperjuangkan
Rektor UIN RIL Soroti Regulasi Kemenag yang Batasi Akselerasi Kampus
Komisi VIII DPR RI Dorong Pembukaan Fakultas Kedokteran UIN RIL  
Dua Kasus Korupsi Mandek, Kinerja Kejati Lampung Dipertanyakan  
Kuasa Hukum Korban KDRT Minta Polisi Jemput Paksa Tersangka
Lampung Targetkan Pelebaran Jalan Wisata dan Bantu Perbaikan Jalan Desa
Anggaran Terbatas, Pemprov Lampung Prioritaskan Jalan Berdampak Ekonomi

Berita Terkait

Sabtu, 27 September 2025 - 00:10 WIB

Pemprov Lampung dan Kejati Bersinergi

Jumat, 26 September 2025 - 23:57 WIB

DPR RI Dukung Fakultas Kedokteran UIN RIL, Anggaran KIP Kuliah Diperjuangkan

Jumat, 26 September 2025 - 22:57 WIB

Rektor UIN RIL Soroti Regulasi Kemenag yang Batasi Akselerasi Kampus

Jumat, 26 September 2025 - 22:50 WIB

Komisi VIII DPR RI Dorong Pembukaan Fakultas Kedokteran UIN RIL  

Kamis, 25 September 2025 - 21:33 WIB

Kuasa Hukum Korban KDRT Minta Polisi Jemput Paksa Tersangka

Berita Terbaru

Perspektif

Republik Ini Memang Dibuat ‘Miskin’ Inovasi?

Sabtu, 27 Sep 2025 - 14:24 WIB

Lampung

Pemprov Lampung dan Kejati Bersinergi

Sabtu, 27 Sep 2025 - 00:10 WIB