Ousmane Dembélé pernah jadi bahan lelucon di jagat sepak bola. Setiap kali kembali ke lapangan, orang-orang lebih sibuk menghitung berapa pekan lagi ia akan masuk ruang medis ketimbang menanti gol atau assist. Di Barcelona, catatan cederanya begitu panjang: dari hamstring, betis, hingga pergelangan kaki. Antara 2017 sampai 2021, ia melewatkan lebih dari seratus pertandingan hanya karena berurusan dengan tim medis. Julukan “pasien tetap” pun melekat, seakan masa depannya hanya akan berakhir sebagai statistik cedera terpanjang.
Pramoedya.id: Namun hidup selalu menyediakan bab baru. Dembélé, yang sempat diragukan banyak pihak, pelan-pelan menata ulang dirinya. Ia mulai serius soal manajemen tubuh, disiplin dalam latihan, dan belajar mengenal kelemahan fisiknya sendiri. Di ruang rehabilitasi, ia tak hanya menyembuhkan otot yang robek, tapi juga membangun mental yang lebih tahan. Dari sosok pemalu dan sembrono di awal karier, ia berubah menjadi pemain yang sadar bahwa kesempatan kedua tak datang setiap hari.
Perubahan itu terlihat jelas di PSG. Bukan lagi sekadar pemain yang menunggu momen, ia menjelma motor serangan. Dribel-dribel yang dulu cuma indah tapi sering mentok kini jadi senjata mematikan untuk membongkar pertahanan lawan. Musim 2024/25 mencatatkan kebangkitan itu: dua digit assist di Ligue 1 dan peran besar dalam membawa PSG melangkah jauh di Liga Champions. Di malam-malam besar, ia tampil bukan sebagai cameo yang rentan cedera, melainkan sebagai penentu.
Statistik menegaskan cerita kebangkitannya. Lebih dari 45 pertandingan dimainkan musim lalu. Angka yang dulu mustahil bagi seorang Dembélé. Gol dan assist mengalir, tetapi yang lebih penting: ia hadir secara konsisten. Dan di dunia sepak bola, konsistensi di level tertinggi adalah syarat mutlak untuk berbicara tentang Ballon d’Or.
Kisah ini pun jadi dramatis. Dari pemain yang pernah dicap investasi gagal Barcelona dengan harga selangit, Dembélé kini kembali masuk percakapan elite bersama Mbappé, Haaland, dan Vinícius. Bahkan bagi sebagian pengamat, pencalonannya ke Ballon d’Or bukan semata soal angka, melainkan narasi: kebangkitan seorang pemain yang dulu diremehkan, kini bersinar di panggung terbesar.
Perjalanan Dembélé adalah pengingat bahwa sepak bola tak hanya tentang bakat, tapi juga keteguhan menghadapi rintangan. Dari ruang medis menuju sorotan gala Ballon d’Or, ia membuktikan satu hal: bahkan “pasien tetap” pun bisa menembus mimpi tertinggi, asal tak berhenti melangkah.(*)