Gamifikasi Pendidikan Islam: Belajar Agama Lebih Seru

- Editor

Kamis, 20 Juli 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ditulis Oleh: Muhammad Saiful Amin, M.Pd (Dosen Universitas Nurul Huda)

Pramoedya.id: Di era digital, generasi muda tumbuh dengan dunia penuh gim, aplikasi, dan media sosial. Jika metode belajar tidak mengikuti ritme mereka, jangan heran bila kelas terasa membosankan. Di sinilah gamifikasi hadir sebagai terobosan.

Gamifikasi adalah strategi pembelajaran dengan memasukkan elemen-elemen permainan ke dalam proses belajar. Mulai dari level, poin, badge (lencana penghargaan), sampai leaderboard (papan peringkat). Konsep ini terbukti ampuh memicu semangat belajar, karena siswa merasa sedang “bermain”, padahal sejatinya sedang menuntut ilmu.

Belajar Al-Qur’an dengan Cara Menyenangkan

Bayangkan seorang santri yang sedang menghafal surat Al-Bayyinah. Alih-alih hanya duduk dan mengulang ayat, ia bisa menggunakan aplikasi yang menguji hafalannya dalam bentuk kuis cepat. Setiap jawaban benar mendapat poin, setiap level naik membuka ayat baru, bahkan bisa mendapatkan badge khusus jika menyelesaikan hafalan satu juz.

Hafalan yang biasanya terasa berat, kini berubah menjadi tantangan menyenangkan. Santri tidak lagi sekadar belajar karena kewajiban, tapi juga termotivasi untuk mencapai “level berikutnya”.

Nilai Islami dalam Dunia Gim

Gamifikasi bukan sekadar mengejar poin. Di dalamnya, guru bisa menyelipkan nilai akhlak. Misalnya, ketika siswa gagal menjawab soal dengan benar, sistem tidak memberi penalti keras, melainkan motivasi seperti “Terus berusaha, Allah mencintai hamba yang sabar.” Dengan begitu, semangat belajar tetap terjaga, sekaligus menanamkan nilai-nilai Islami.

Menghadirkan Kompetisi Sehat

Leaderboard atau papan peringkat bisa memunculkan kompetisi positif di kalangan siswa. Siapa yang paling cepat menyelesaikan kuis fiqh? Siapa yang paling banyak menghafal hadits? Semua bisa dipantau secara transparan. Namun, guru tetap berperan penting untuk memastikan kompetisi ini tidak melahirkan kesombongan, melainkan semangat saling memotivasi dalam kebaikan.

Lebih Dekat dengan Generasi Z

Generasi Z dikenal cepat bosan, mudah terdistraksi, tapi juga sangat responsif pada hal-hal visual dan interaktif. Gamifikasi menjawab tantangan ini. Materi Islam yang sebelumnya dianggap “berat” bisa dikemas menjadi permainan edukatif yang seru, kreatif, sekaligus mendidik.

Penutup

Gamifikasi adalah bukti bahwa pendidikan Islam tidak harus kaku. Justru dengan memanfaatkan strategi permainan, nilai-nilai Al-Qur’an dan hadits bisa lebih mudah dicerna, bahkan melekat di hati para pelajar. Belajar agama pun bukan lagi kewajiban yang membebani, melainkan pengalaman yang menyenangkan. (*)

Berita Terkait

Patah Tumbuh, Hilang Berganti: Kisah Perjuangan Meraih Beasiswa
Triga Lampung Desak Reformasi Total Manajemen Bank Lampung
Beranikah Pemerintah Me-Revolusi Dunia Kontruksi?
Pengayom Atau musuh Rakyat: Catatan Merah Kepolisian, Ketika Polisi Menjadi Musuh Publik
Pramono Anung Diam, Masyarakat Jadi Korban
Permainan Sandiwara Sosial Media Para Pejabat Publik
80 Tahun Merdeka: Indonesia di Lautan Merah Putih, Ombak Bendera Bajak Laut
BPJS, Rohana, Rojali: Opera Sunyi di Negeri yang Ramai Tapi Sepi

Berita Terkait

Kamis, 18 September 2025 - 14:38 WIB

Triga Lampung Desak Reformasi Total Manajemen Bank Lampung

Jumat, 5 September 2025 - 19:28 WIB

Beranikah Pemerintah Me-Revolusi Dunia Kontruksi?

Sabtu, 30 Agustus 2025 - 11:10 WIB

Pengayom Atau musuh Rakyat: Catatan Merah Kepolisian, Ketika Polisi Menjadi Musuh Publik

Sabtu, 30 Agustus 2025 - 11:05 WIB

Pramono Anung Diam, Masyarakat Jadi Korban

Sabtu, 23 Agustus 2025 - 00:25 WIB

Permainan Sandiwara Sosial Media Para Pejabat Publik

Berita Terbaru

Lampung

Jembatan di Lampung Diperiksa Menyeluruh

Rabu, 24 Sep 2025 - 18:58 WIB

Lampung

Pemprov Lampung Bentuk Tim Penyelesaian Konflik Agraria

Rabu, 24 Sep 2025 - 15:29 WIB