Pramoedya.id: Iring-iringan motor sudah siap dititik kumpul coffe aceh. Bukan agenda touring, bukan pula rombongan komunitas hobi. Di atas jok motor itu duduk Kepala Dinas BMBK Lampung, M. Taufiqullah, bersama timnya, Jumat (11/4/2025).
Hari itu, mereka akan menyusuri jalan-jalan rusak di Lampung Selatan. Tak seperti kunjungan dinas biasanya yang identik dengan mobil berpelat merah, Taufiq memilih motor sebagai tunggangannya.
“Biar bisa benar-benar merasakan,” katanya pelan, sebelum mengenakan helm.
Bukan sekadar gaya. Blusukan pakai motor ini membawa mereka menelusuri jalan-jalan dari yang mulus,berlubang, maupun jalan sempit
Sepanjang perjalanan menuju Desa Tengkujuh, tim BMBK berhenti di beberapa titik. Menunduk, meneliti, mencatat. Kadang hanya mengangguk seolah tahu persis betapa jalan itu menyimpan cerita panjang.
“Ini pertama kalinya saya turun pakai motor sejak jadi kepala dinas,” ujar Taufiq ketika memberi breafing sebelum berangkat.
“Dulu waktu saya masih jadi staf, motoran itu biasa. Banyak jalan yang nggak bisa ditembus mobil,” kenangnya.
Hari itu, tujuan utama mereka meninjau gorong-gorong ambrol di ruas Kalianda–Kunyir Gayam. Tapi perjalanan ini bukan cuma soal satu titik rusak. Tim BMBK ingin menangkap potret utuh kondisi jalan di kawasan produktif itu.
Sampai di Desa Tengkujuh, rombongan disambut hangat para pemangku kebijakan setempat, camat, kepala desa, dan warga. Tak sekadar menyuguhkan kopi dan hasil bumi, mereka juga menyuguhkan cerita, tentang jalan yang menghubungkan kampung, tentang jembatan tua yang jadi nadi pengangkut durian dan kelapa.

Taufiq duduk di tengah. Mendengarkan, mencatat, lalu menjawab.
“Saya ini, kalau ditarik-tarik, orang Kalianda juga. Nenek saya asli sini,” katanya, disambut tawa kecil warga. Ia menyebutkan bahwa ruas jalan dan jembatan di wilayah ini memang masuk daftar prioritas. Hanya saja, anggaran selalu jadi tantangan.
“Kalau semua anggaran kita dorong ke Kalianda, daerah lain bisa tertunda. Makanya kita pakai skala prioritas. Tapi daerah ini tetap masuk hitungan,” sambungnya.
Salah satu kendala besar, menurut Taufiq, adalah pembebasan lahan. Banyak rencana pelebaran jalan mandek karena tidak ada kesepakatan di lapangan. Di sinilah ia mengajak para kepala desa untuk bergotong royong.
“Kalau bisa dibantu lahannya dua atau empat meter saja, kita pastikan jalannya bisa dilebarkan. Kalau belum bisa semua, kita cicil. Lima kilometer dulu,” ucapnya. Seruan itu langsung disambut anggukan dan semangat warga.
“Setuju, Pak Kadis! Nanti kita rembukkan bareng warga,” jawab salah satu kades, dengan mantap.
Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal, terangnya, turut turun tangan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Sebab permasalahan hal tersebut merupakan komitmennya untuk menghadirkan infrastruktur mantab.
“Pak Gub juga lagi usaha dengan komunikasi ke pusat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut,” kata dia, Sabtu (12/4/2025).
Usai dialog, tim BMBK dan warga menunaikan salat Jumat bersama di masjid desa. Setelahnya, Taufiq dan tim kembali ke gorong-gorong Kalianda–Kunyir Gayam, melihat langsung sisa ambrolan yang sempat mengancam kelancaran arus mudik kemarin.
“Waktu itu kita langsung turun. Untung masih aman dilewati. Kalau nggak, sudah kita siapkan jembatan darurat. Tahun ini juga insyaAllah dibenahi permanen,” ujarnya.
Sebelum benar-benar pulang, rombongan menyempatkan singgah ke Air Terjun Way Kalam. Bukan wisata semata. Mereka ingin menengok kondisi jalan menuju destinasi andalan itu. (*)