Pramoedya.id: Semua kapal dalam armada Global Sumud Flotilla (GSF) yang berupaya menerobos blokade laut menuju Gaza telah diintersep Angkatan Laut Israel hingga akhir pekan lalu. Penyelenggara flotilla menyebut tindakan itu sebagai “pembajakan di laut internasional”, sementara Israel berdalih menjaga keamanan dan menegakkan blokade terhadap Gaza.
Dari sembilan kapal yang berangkat sejak September lalu, seluruhnya kini dalam kendali Israel. Sekitar 450 aktivis internasional ditahan dan sebagian besar telah dideportasi secara bertahap, termasuk 29 orang yang baru dipulangkan pada Minggu (5/10). Di antara mereka terdapat tokoh-tokoh publik seperti Greta Thunberg dan Mandla Mandela, cucu Nelson Mandela.
Flotilla tersebut berangkat dari Tunisia membawa bantuan pangan, medis, dan logistik bagi warga Gaza. Kapal utama Alma sempat mendekati perairan Gaza sebelum dihentikan oleh pasukan Israel pada 1 Oktober. “Mereka menembakkan peluru karet dan gas air mata sebelum menaiki kapal,” kata juru bicara GSF dalam pernyataan resminya.
Sejumlah aktivis yang telah dipulangkan mengaku mengalami kekerasan dan perlakuan tak manusiawi selama penahanan. Aktivis asal Australia menyebut mereka ditelanjangi, dipukul, dan diinterogasi tanpa akses pengacara. Beberapa lainnya melaporkan luka di bagian bahu dan kepala.
Israel membantah tuduhan itu. Militer menyebut para aktivis “diperlakukan sesuai prosedur hukum” dan menegaskan bahwa tidak ada pelanggaran hak asasi selama proses penahanan.
Respons Dunia dan Posisi Indonesia
Gelombang protes muncul di berbagai kota dunia, dari Roma hingga Buenos Aires. Beberapa negara, termasuk Kolombia dan Malaysia, memanggil duta besar Israel untuk menyampaikan nota protes. Koalisi 16 negara-termasuk Indonesia-mengeluarkan pernyataan bersama mendesak Israel mematuhi hukum internasional dan menjamin keselamatan relawan.
Kementerian Luar Negeri RI memastikan tak ada warga negara Indonesia yang ditahan. Pemerintah, lewat KBRI di kawasan, terus berkoordinasi dengan penyelenggara flotilla dan otoritas terkait. “Kami pantau penuh dan pastikan keselamatan seluruh WNI yang terlibat,” kata juru bicara Kemlu, Senin (6/10).
Gelombang Baru Flotilla
Meski seluruh kapal GSF telah diintersep, penyelenggara mengonfirmasi bahwa konvoi baru sedang disiapkan. Sedikitnya sebelas kapal, berisi jurnalis, tenaga medis, dan aktivis HAM, akan kembali berlayar menuju Gaza dalam beberapa pekan ke depan.
Langkah itu menunjukkan bahwa blokade dan ancaman militer belum cukup menghentikan gelombang solidaritas internasional terhadap Palestina. “Selama Gaza diblokade, flotilla akan terus berangkat,” ujar panitia GSF dalam pernyataannya.(*)