Tukang Fotokopi Ngaku: Korupsi Itu Udah Turun-Temurun, Lumrah!

- Editor

Sabtu, 15 Februari 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pramoedya.id: Siapa sangka, di balik mesin fotokopi yang berderak-derak, tersimpan cerita pilu tentang praktik korupsi yang bikin geleng-geleng kepala. Ya, korupsi. Kata yang udah kayak lagu lama yang terus diputar ulang. Tapi kali ini, bukan pejabat tinggi yang jadi bintang utamanya, melainkan oknum-oknum kecil di kantor pemerintahan. Dan siapa yang jadi saksi bisu semua ini? Tukang fotokopi.  

“Siapa yang nggak tahu? Korupsi itu udah biasa dan turun-temurun. Dari jadi staf aja udah berusaha cari keuntungan pribadi. Lumrah,” begitu kata salah satu tukang fotokopi yang mangkal di sekitar Kantor Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung.

Bayangin, nominal jasa fotokopi yang seharusnya cuma Rp200 ribu, tiba-tiba melonjak jadi Rp10 juta. Gimana caranya? Ya, dimanipulasi lah. Oknum pegawai pemerintah yang seharusnya jadi pelayan masyarakat malah minta tolong buat naikin nilai nota. Udah gitu, minta stempel toko buat melegalkan nota palsu itu.

“Mereka rela minta stempel toko buat legalisir nota. Padahal, nominalnya udah nggak masuk akal,” cerita si tukang fotokopi sambil garuk-garuk kepala.

Tapi, nggak semua tukang fotokopi mau ikut-ikutan. Ada juga yang nekat bilang “nggak” meski resikonya kehilangan pelanggan.

“Buat apa keuntungan besar kalau akhirnya dosa? Rezeki halal aja udah cukup,” kata salah satu pengusaha fotokopi yang memilih bertahan dengan prinsipnya.

Sayangnya, praktik curang ini udah kayak lingkaran setan. Dari pegawai kecil yang baru jadi staf, sampai yang udah punya jabatan, kayaknya udah jadi budaya.

“Kalau sekarang aja udah berani manipulasi nominal kecil, gimana nanti kalau udah pegang jabatan tinggi? Bisa lebih gila lagi,” tambah si tukang fotokopi.

Nah, pertanyaannya sekarang: siapa yang nggak tahu soal ini? Bahkan tukang fotokopi aja udah tahu. Tapi, kenapa masih terjadi? Mungkin karena korupsi udah kayak warisan turun-temurun yang susah dihentikan.

Jadi, kalau ada yang bilang korupsi cuma terjadi di tingkat pejabat tinggi, coba deh tanya tukang fotokopi di sekitar kantor pemprov. Mereka pasti punya cerita seru yang bikin kamu geleng-geleng kepala. (Luki) 

 

 

Berita Terkait

Ponten Siluman dan Rapor Merah Pendidikan
Uang Komite Sudah Dihapus, Tapi Dosa Lama Jangan Dikubur
Koperasi Merah Putih: Saat Koperasi Tak Lagi Milik Rakyat?
Desa Wisata Lampung di Persimpangan Potensi dan Tantangan
Cara Ikhlas Menjadi Miskin: Panduan Spiritual untuk Rakyat Biasa
Jejak Dalang di Tambang Ilegal Perbukitan Sukabumi
Eva Dwiana dan Politik Kambing Hitam di Tengah Genangan
Buying Time: Wacana Kontras Pemprov Lampung

Berita Terkait

Senin, 16 Juni 2025 - 21:08 WIB

Ponten Siluman dan Rapor Merah Pendidikan

Selasa, 10 Juni 2025 - 12:59 WIB

Uang Komite Sudah Dihapus, Tapi Dosa Lama Jangan Dikubur

Selasa, 10 Juni 2025 - 05:23 WIB

Koperasi Merah Putih: Saat Koperasi Tak Lagi Milik Rakyat?

Senin, 2 Juni 2025 - 17:19 WIB

Desa Wisata Lampung di Persimpangan Potensi dan Tantangan

Minggu, 1 Juni 2025 - 19:43 WIB

Cara Ikhlas Menjadi Miskin: Panduan Spiritual untuk Rakyat Biasa

Berita Terbaru

Foto: ilustrasi

Perspektif

Ponten Siluman dan Rapor Merah Pendidikan

Senin, 16 Jun 2025 - 21:08 WIB

Politik dan Pemerintahan

Edi Irawan Hibahkan Kantor Demokrat Lampung ke DPP

Minggu, 15 Jun 2025 - 17:19 WIB

LBH Dharma Loka Nusantara Desak Pemda Buat Perda Turunan UU TPKS

Hukum dan Kriminal

LBH Dharma Loka Nusantara Desak Pemda Buat Perda Turunan UU TPKS

Minggu, 15 Jun 2025 - 17:05 WIB