Separuh Kasus HIV Lampung dari LGBT

- Editor

Senin, 4 Agustus 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi

Ilustrasi

Pramoedya.id: Dari 5.969 kasus HIV yang tercatat hidup dan mengetahui statusnya di Provinsi Lampung per Juni 2025, lebih dari separuhnya berasal dari komunitas Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT), terutama kelompok laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL) dan waria. Dinas Kesehatan menyebut kelompok ini sebagai populasi kunci yang paling terdampak.

“Tren kasus terus naik dalam lima tahun terakhir, dan paling signifikan berasal dari populasi kunci seperti LSL,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Lampung, Lusi Darmayanti, ketika diwawancari melalui jaringan WhatsApp, Senin (4/8/2025)

Ia menyebut komunitas LGBT masuk dalam kategori risiko tinggi, bukan karena orientasinya, tapi karena akses layanan yang masih terbatas, stigma sosial, dan praktik seks tanpa kondom yang terjadi akibat ketimpangan daya tawar.

Dinas Kesehatan, sambung Lusy, juga mencatat ada 559 kasus baru HIV selama semester pertama 2025. Bandar Lampung menjadi wilayah dengan sebaran tertinggi. Tapi Lusi menyebut peningkatan ini juga menunjukkan keberhasilan deteksi dini.

“Kami tidak lagi bicara soal moral. Ini soal kesehatan publik,”sambungnya.

Sejak 2002, kasus HIV mulai dipantau, awalnya dengan pencatatan manual. Tahun 2010, sistem SIHA (Sistem Informasi HIV-AIDS) diaktifkan. Bersama LSM dan layanan komunitas, penjangkauan terhadap populasi kunci makin diperkuat.

“Sampai hari ini, tantangan terbesar kami bukan virusnya. Tapi stigma masyarakat,” jelas Lusi.

Menurutnya, pendekatan pengendalian HIV yang menghakimi justru kontraproduktif. Banyak anggota komunitas LGBT yang enggan memeriksakan diri karena takut dicap.

“Padahal kami punya layanan VCT, PrEP, bahkan konseling. Tapi kalau mereka takut datang, kita gagal,” katanya.

Yang mengkhawatirkan, remaja juga mulai masuk kelompok rawan. Studi internal Dinkes menunjukkan 50 persen remaja melakukan hubungan seksual karena ingin tahu.

“Tapi literasi seksual mereka minim. Mereka tidak tahu risiko, dan tidak tahu ke mana harus bertanya,” tutupnya. (*)

 

 

Berita Terkait

Bantah Keluarkan Siswi Viral, Sekolah Sebut Gina Pindah ke Pondok
BRI Kalianda Bantah Tudingan Penyaluran KUR Tak Tepat
Hari Santri, UIN RIL Berduka untuk Sidoarjo dan Soroti Peran Santri Global  
Gina Selalu Didampingi, Pemkot Janji Bantu Kejar Paket B
Amanat Walikota Jadi Prioritas, Camat Kemiling Diminta Jaga Kebersihan
Camat Kemiling Baru Janji Lanjutkan Program dan Sinergi 275 Pamong
1.260 Relawan SAPA Diperlengkapi Insentif Demi Ungkap Kekerasan Tersembunyi
Eva Minta Respons Cepat Menyoal KDRT

Berita Terkait

Kamis, 23 Oktober 2025 - 07:46 WIB

Bantah Keluarkan Siswi Viral, Sekolah Sebut Gina Pindah ke Pondok

Rabu, 22 Oktober 2025 - 15:26 WIB

BRI Kalianda Bantah Tudingan Penyaluran KUR Tak Tepat

Rabu, 22 Oktober 2025 - 07:53 WIB

Hari Santri, UIN RIL Berduka untuk Sidoarjo dan Soroti Peran Santri Global  

Rabu, 22 Oktober 2025 - 07:48 WIB

Gina Selalu Didampingi, Pemkot Janji Bantu Kejar Paket B

Selasa, 21 Oktober 2025 - 20:22 WIB

Camat Kemiling Baru Janji Lanjutkan Program dan Sinergi 275 Pamong

Berita Terbaru

Bandarlampung

Bantah Keluarkan Siswi Viral, Sekolah Sebut Gina Pindah ke Pondok

Kamis, 23 Okt 2025 - 07:46 WIB

Lampung

BRI Kalianda Bantah Tudingan Penyaluran KUR Tak Tepat

Rabu, 22 Okt 2025 - 15:26 WIB

News

UIN RIL Buka Peluang Kuliah ke Taiwan

Rabu, 22 Okt 2025 - 11:12 WIB

Bandarlampung

Gina Selalu Didampingi, Pemkot Janji Bantu Kejar Paket B

Rabu, 22 Okt 2025 - 07:48 WIB