Anggaran Pendidikan 2026 Setengahnya Jadi Nasi Bungkus

- Editor

Rabu, 27 Agustus 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto: Ilustrasi

Foto: Ilustrasi

“Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya.” — Mark Twain.

Pramoedya.id: Kutipan dari sastrawan Amerika yang terkenal dengan humor satirnya itu awalnya terdengar seperti lelucon klasik, tapi di Indonesia justru terdengar seperti berita harian, bahkan sesuai dengan kondisi kekinian. Twain sedang menertawakan betapa sekolah sering sibuk dengan seragam dan nilai ujian, tapi melupakan inti pendidikan.

Indonesia punya 20 persen APBN yang wajib disalurkan untuk pendidikan, tapi hasilnya, kualitas sekolah tetap compang-camping, guru masih gitu-gitu aja dengan keluhannya, dan anak-anak tetap sibuk les di luar sekolah.

Yang lebih gokil, angka 20 persen APBN itu sudah jadi tadisi: selalu disebut di pidato presiden, diulang di rapat DPR, jadi headline media. Tapi begitu ditanya “mana dampaknya?” Seketika hening. Angka itu lebih sering jadi bahan power point ketimbang jadi bangunan sekolah yang kokoh atau gaji guru yang layak.

Nah, sekarang bayangkan, kalau 20 persen APBN saja nyaris tak mengubah wajah pendidikan kita, bagaimana jadinya ketika 44 persen APBN dialihkan untuk Makan Bergizi Gratis (MBG)? Anggaran jumbo ini lebih mirip program “catering nasional” ketimbang strategi mencerdaskan bangsa.

Kurang lebih begini. Tahun 2026, pemerintah mencatatkan sejarah baru dengan mengalokasikan Rp757,8 triliun untuk pendidikan. Angka ini melonjak hampir Rp68 triliun dari outlook 2025 sebesar Rp690 triliun, atau naik sekitar 9,8 persen hanya dalam setahun. Rekor tertinggi sepanjang sejarah APBN ini menegaskan komitmen pemerintah menjaga porsi 20 persen belanja negara untuk sektor pendidikan.

Tapi dari angka jumbo itu, ada fakta yang bikin alis terangkat: Rp335 triliun atau sekitar 44 persen langsung dialokasikan ke program Makan Bergizi Gratis (MBG). Artinya, hampir separuh anggaran pendidikan 2026 dipakai untuk urusan perut, bukan buku, laboratorium, atau riset.

Di sinilah kebijakan jadi komedi. Pendidikan dianggap urusan belakang, sementara makan siang gratis jadi headline. Barangkali negara ingin mencetak generasi yang pintar mengunyah, bukan yang pintar berpikir.

Jujur, nama program ini aja sudah salah sejak awal. Makan bergizi gratis itu gak gratis bro! Barangkali ada pajak tuan dan puan di situ.

Sri Mulyani bahkan pernah dengan jujur berkata, guru adalah beban negara. Kalimat ini bukan cuma bikin kita terdiam sejenak, perkataan legendaris ini juga membuat masyarakat ketawa getir. Bagaimana bisa orang yang seharusnya jadi pilar utama pendidikan justru dilabeli sebagai beban? Kalau guru beban, murid apa? Barang bawaan? Kalau begitu, sekalian saja nanti kurikulum diganti jadi “cara hemat makan siang dengan nasi kucing.”

Mari kita tengok tetangga. Vietnam, misalnya. Anggaran pendidikannya tidak semewah kita, tapi mereka bisa bikin anak-anaknya nangkring di papan atas tes PISA, salah satu parameter pendidikan global. Kita? Sudah bertahun-tahun dapat porsi 20 persen APBN, tapi selalu konsisten di papan bawah. Kalau PISA itu kompetisi olahraga, pelajar Indonesia ini atlit andalan: paling jago lompat jauh, dari harapan ke kenyataan.

Jadi, jangan heran kalau nanti 44 persen dari 20 persen APBN pendidikan buat makan siang gratis justru melahirkan ranking baru: Indonesia nomor satu dunia dalam kompetisi “murid paling kenyang.” Sementara di ranking literasi, kita tetap setia jadi penonton.

Toh kata Twain, sekolah itu jangan sampai ganggu pendidikan. Jadi mungkin logikanya pemerintah: kalau sudah makan gratis, otak kenyang sendiri. Kalau guru dibilang beban negara, ya sudah, nanti murid bisa belajar langsung dari warteg.

Indonesia ini memang cerdas. Di negara lain, pendidikan itu investasi. Di sini, pendidikan itu sekalian diet plan. Pokoknya rakyat belajar kenyang dulu, baru pintar belakangan.(*)

Berita Terkait

Polisi Tangkap Bjorka di Dunia Tanpa Alamat?
RMD: Lampung Pride Bro
Republik Ini Memang Dibuat ‘Miskin’ Inovasi?
Tot Tot Wuk Wuk dan Bias di Jalanan
Biskuit Korupsi: Resep Rahasia Melestarikan Stunting
Rp4,4 Miliar untuk Rumah Dinas Ketua DPRD Lampung di Tengah Kemarahan Publik
Unras Damai Sinyal Pariwisata Lampung “Cerah”
#PolisiPembunuh: Barracuda Menggilas Kepercayaan Rakyat

Berita Terkait

Selasa, 7 Oktober 2025 - 20:01 WIB

Polisi Tangkap Bjorka di Dunia Tanpa Alamat?

Sabtu, 4 Oktober 2025 - 08:00 WIB

RMD: Lampung Pride Bro

Sabtu, 27 September 2025 - 14:24 WIB

Republik Ini Memang Dibuat ‘Miskin’ Inovasi?

Selasa, 23 September 2025 - 09:48 WIB

Tot Tot Wuk Wuk dan Bias di Jalanan

Minggu, 14 September 2025 - 23:43 WIB

Biskuit Korupsi: Resep Rahasia Melestarikan Stunting

Berita Terbaru

Dua naskah kuno bersejarah asal Provinsi Lampung berhasil menorehkan prestasi di tingkat nasional.

Lampung

Dua Naskah Kuno Lampung Raih Sertifikat dari Perpusnas

Kamis, 16 Okt 2025 - 07:54 WIB

Lampung

Triga Lampung Desak KPK Periksa Bupati Lamtim

Rabu, 15 Okt 2025 - 21:41 WIB

Ketua PWNU Lampung, Puji Raharjo.

Lampung

PWNU Lampung Kecam Trans 7, Bakal Tempuh Jalur Hukum

Rabu, 15 Okt 2025 - 11:02 WIB